Jumat, 30 Oktober 2009

internet sehat bagi rakyat

internet sehat Internet Sehat mulai diakui internasional. Beberapa negara Asia akan menyontoh modelnya yang dianggap inspiratif. Bagaimana sejarahnya 7 tahun silam? Mengapa kini pakai embel-embel “rakyat”?
Pengakuan dan pujian diberikan oleh sejumlah peneliti dan aktifis bidang ICT (Information and Communication Technology) sesaat ketika saya usai memaparkan presentasi tentang penelitian perkembangan pemanfaatan media baru (Internet) dan kaitannya dengan kebebasan berekspresi di Indonesia. Salah satu poin yang saya paparkan adalah gerakan advokasi Internet Sehat versi rakyat (http://www.internetsehat.org) yang pro pada kebebasan berekspresi di Internet secara aman dan bijak, dengan pendekatan self-censorship dan pemberdayaan masyarakat.
Pengakuan dari internasional tersebut terjadi belum lama berselang, ketika saya mengikuti workshop khusus bagi para peneliti dan aktifis ICT se-Asia dalam lingkup OpenNet Initiative (baca: http://en.wikipedia.org/wiki/OpenNet_Initiative) di Wawasan Open University, Penang, Malaysia, pada Senin (15/5/2009) hingga Rabu (17/6/2009). Ini adalah workshop putaran yang ketiga, setelah pada pertengahan tahun lalu putaran keduanya juga saya ikuti di Chiang Mai, Thailand.
Khusus pada putaran ketiga ini, Indonesian ICT for Partnership (ICT Watch) bersinergi dengan dunia akademis dengan mengundang Akbar Marwan dari Universitas Gunadarma (baca: http://www.gunadarma.ac.id) yang turut aktif berperan menyuarakan kepentingan dan keberhasilan Indonesia dalam workshop tersebut.
Menurut para wakil dari negara sahabat tersebut, program Internet Sehat versi rakyat tersebut adalah contoh yang unik dan inspiratif tentang bagaimana program advokasi kepada publik dilakukan dengan menggunakan sejumlah media baru (facebook, blog, crowdvine) digabungkan dengan kegiatan-kegiatan offline seperti workshop dan seminar, dan juga dilengkapi dengan ketersediaan booklet panduan dalam bentuk hardcopy maupun softcopy, merchandise hingga lomba blog sehat untuk meningkatkan awareness publik.
Blessing in disguise, Indonesia mendapatkan jadwal sesi paling akhir bersama Filipina, pada hari terakhir, setelah dua hari sebelumnya sejumlah peneliti dari negara lain di Asia memaparkan presentasinya. “Your presentation is the most interesting one so far,” demikian pujian yang disampaikan oleh India.
Usai presentasi, sejumlah peneliti langsung meminta dikirimkan via e-mail materi presentasi Indonesia tersebut. “Saya akan coba kembangkan cara-caranya menjalankan advokasi (ala Internet Sehat) di negara saya,” cetus salah satu wakil dari negara lain.
Workshop OpenNet Initiative itu sendiri dihadiri oleh peneliti dan aktivis ICT dari Universitas Toronto Kanada, Sekolah Hukum Harvard Amerika, Universitas Oxford Inggris dan Universitas Cambridge Inggris. Keempat perguruan tinggi kenamaan tersebut adalah penggagas kegiatan OpenNet Initiative yang didanai oleh negara Kanada melalui lembaga International Development Research Centre (http://www.idrc.ca).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar