Jumat, 30 Oktober 2009

media on line

Setelah sempat “terkapar” beberapa waktu, kini bisnis media online bangkit kembali. Memang tidak seheboh booming dotcom di era 1990-an. Namun perlahan tapi pasti, media online mulai “membunuh” media cetak. Apa betul?
AFP melansir konferensi yang diadakan oleh organisasi kumpulan media harian di dunia. Disebutkan media cetak saat ini sedang mengalami penurunan. Kalau mereka ingin bangkit. Satu-satunya hal yang harus mereka jalani adalah membuat media online.Pernyataan ini dilontarkan pada pertemuan ke-60, World Association of Newspaper (WAN) dan forum Editor se-dunia yang ke-14. “Kita harus menyadari bahwa media mulai mengarah ke online, dan kita harus mulai mengarahkan jurnalisme kita ke arah itu,” kata Mario Garcia, Chief Executive of The United States–Garcia Media Group.
Garcia menggambarkan, perjalanan baru sebuah media akan berawal dari breaking news yang dibaca melalui email atau ponsel. Kemudian para pembaca akan melanjutkannya dengan membaca berita melalui situs online. Dan akan berakhir dengan membaca koran di hari
Media cetak yang memiliki backing online maka pendapatan iklannya pasti naik. Menurut data Newspaper Association of America (NAA) pada bulan Mei tahun ini, pendapatan iklan cetak menurun sekitar 13.2 persen. Sedangkan pendapatan iklan online naik sekitar 7 persen dari total pendapatan iklan yang mencapai USD10,6 miliar. Padahal pada kuartal yang sama, pendapatan iklan online hanya mampu meraih 5,5 persen dari total pendapatan iklan yang ada.
Dari angka tersebut, Finacial Times mensinyalir bahwa penurunan pendapatan dari berlangganan dan pendapatan iklan dikarenakan mulai pergeseran perilaku pembaca berita yang lebih memilih media online. Bahkan mereka lebih memilih membaca berita dalam sebuah situs yang disediakan perusahaan media secara gratisan daripada harus membeli media cetak yang isinya pasti hampir sama dengan situs tersebut.
Beriringan
Penurunan pendapatan media cetak ini bukan berarti lantas menyingkirkan media cetak sampai keluar industri. Banyak orang berpendapat cetak dan online pada saatnya nanti akan berjalan beriringan. Bahkan Mario Garcia tetap yakin, media online dan cetak akan tumbuh bersama.
Urutannya tetap sama. Pembaca membutuhkan media online sebagai penghantar bacaan, biasa disebut sebagai penyedia breaking news, dimana berita akan tersaji secara cepat dan aktual. Saat suatu peristiwa terjadi, online dituntut untuk langsung memberitakannya secara aktual. Namun memang isi berita media online kadang tidak terlalu dalam.
Bahkan jauh dari kesan investigasi. Hal ini dikarenakan tuntutan kecepatan pemberitaan yang harus terus terisi dari menit ke menit dan terbatasnya kapasitas tampilan yang hanya terisi beberapa berita dalam satu pageview. Bahkan satu pageview hanya terdiri dari satu berita saat anda membacanya. Nah, disinilah peran media cetak diperlukan, dimana mereka dituntut untuk mengulas berita lebih dalam dan akurat.
Di Indonesia
Berdasarkan pengamatan, dari 15 pengguna internet di Indonesia, 10 dari mereka mengatakan bahwa mereka tetap membutuhkan media cetak sebagai bahan bacaan. Pertama karena mereka tidak selalu terhubung dengan internet, apalagi ketika berada jauh dari kantor. Mereka juga mengakui, saat membaca media online, mereka membutuhkan berita baru. Kemudian jika mereka tertarik mengetahui berita tersebut secara mendalam, maka mereka akan memilih untuk membaca koran harian. Data ini bisa mengindikasikan betapa masyarakat Indonesia pun sudah mulai tergantung dengan media online.
Pergeseran ini dialami di luar negeri di mana penetrasi internet mereka jauh lebih berkembang daripada di Indonesia. Dari jumlah 220 juta penduduk di Indonesia, disinyalir hanya 18 juta saja yang melek internet sehingga memposisikan Indonesia berada di urutan 15, Negara-negara dengan penetrasi internet. Dengan bantuan dan dukungan pemerintah, bukan tidak mungkin jika media online juga akan berfungsi sama layaknya di luar negeri. Bahkan dari angka tersebut tergambarkan betapa luasnya pasar internet di Indonesia. Dengan kata lain, masih terdapat lebih dari 200 juta warga potensial yang dapat ditargetkan sebagai warga melek internet. Angka 200 juta warga, pastinya dapat digambarkan sebagai sebuah keuntungan (baik materi maupun fisik) yang dapat diraih bagi industri.
Booming dotcom awalnya telah menghantui Indonesia pada tahun 1998 lalu namun sampai saat ini, media online yang bertahan bisa dihitung dengan jari. Bahkan membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya untuk mencoba tetap eksis. Tanpa adanya dukungan dana yang kuat, satu persatu media online timbul tenggelam. Bisa jadi hal tersebut dikarenakan kurangnya dukungan dari berbagai pihak, bahkan Indonesia dirasa belum siapa untuk masuk kea rah tersebut. Lalu ketidaksiapan Indonesia dalam memboomingkan kembali media online terus berlanjut sampai sekarang.
Saat ini Infrastruktur internet yang dimiliki Indonesia tidaklah kurang dibanding negara lain. Menjamurnya ISP, warnet, dikembangkannya penggunaan open source, jaringan fiber optic yang sudah mulai menyebar, dukungan pemerintah terhadap penetrasi internet di daerah. Kita tidak boleh lupa, meleknya mata pemerintah untuk dukungan di industri ini juga merupakan hasil jerih payah media-media online yang timbul tenggelam sejak tahun 1998 sampai kini. Sudah sepantasnya jika kita memberikan penghargaan atas usaha mereka dalam mem-booming-kan media online di Indonesia.
Perlu diingat pula, saat ini, hampir semua instansi, tidak hanya media cetak berita, yang menggunakan media online sebagai penopang eksistensi mereka untuk tetap bertahan dalam persaingan industri. Mulai dari industri perbankan, telekomunikasi, bahkan consumer goods, bahkan industri musik, turut memeriahkan media online di dunia maya.
Jadi jangan katakan kita belum siap!
Info Tulisan
(Belum ada rating)
Loading ...









Penulis: Sarie NovianTanggal: Jumat, 3 Agustus, 2007 Tipe Tulisan: ArtikelKategori:
Cetak Artikel Ini Email tulisan ini
Biografi Singkat:Nama lengkapnya Siti Sarifah Aliah. Sarie seorang single parent with a single daughter. Dunia IT ia masuki setelah mendapatkan tugas menjadi wartawan di Majalah Digicom (majalah bertema gadget), padahal sejatinya ia hanyalah seorang lulusan Sastra Indonesia di Universitas Indonesia. Selain menyukai bahasa Indonesia, gadis manis ini juga suka mempelajarai bahasa asing lain, khususnya Perancis. Semasa SMA ia pernah menjuarai Lomba Bahasa Perancis di IKIP Jakarta, meskipun hanya juara 3, namun waktu itu pesertanya juga mahasiswa dan murid-murid CCF. Niatnya, ingin belajar bahasa Perancis lagi dan mendalaminya. Tapi apa dikata, kesibukannya di Okezone.com kini sangat menyita waktunya. Setelah menjadi kutu loncat di beberapa media telko, kini ia memegang rubrik Techno di situs milik MNC tersebut.
Tulisan Terkait:
Advertorial Juga Mengenal Kaidah Jurnalistik
Peran Media dalam Advokasi Upah Minimum
Rumus 5C dalam Media TV Konvensional*
Kiat Agar Diliput Media Televisi
Teknik Penulisan Berita untuk Media TV (Bagian 1)

jQuery(document).ready(function($) { $.ajax({ type: "GET", url: "http://netsains.com/wp-content/themes/netsainstemplate/sidebar-ads-all.php", success: function(php){ $('#sidebar').prepend(php); } }); });
CommunityAlready a member?Login
Login using Facebook:
Last visitors

view more... Powered by Sociable!
jQuery(document).ready(function($) {
$.ajax({
type: "GET",
url: "http://netsains.com/facebook-widget/",
success: function(php){
$('#fbconnect').empty().append(php);
}
});
});
Acak
Popular
Arsip
Komentar
Konsep Baru dalam Pengembangan Agen Kontrasepsi
Trik Mengatasi Kejenuhan
Mengenal Aneka Buah Beri yang Berfaedah
Dongeng Sains Air Zam-Zam(2)
Bulan Ini, AMD Berulang Tahun ke-40
Dinamika Faktor-Faktor Strategik dan Pengaruhnya terhadap Daya Tarik Industri Minyak dan Gas Bumi Indonesia (2007)
Klasifikasi Fungsi dan Peran Member NetSains.com
Guru dan Kurikulum dalam Sistem Pendidikan Nasional
Alternative Energy Competition 2009
Satu Menit Saja untuk Memindai Seluruh Tubuh Manusia
123 Hal yang Membuat Kaum Pria Meneteskan Air Mata (5,00/5 dari 10 pembaca)
Jubah Gaib Harry Potter Nyaris Diwujudkan (5,00/5 dari 9 pembaca)
Tips Praktis Mengatasi Kista Ovarium (5,00/5 dari 8 pembaca)
Mengenal Misteri Sindrom Tourette (5,00/5 dari 6 pembaca)
Kiat Praktis Mengatasi Asma pada Buah Hati Tercinta Anda (5,00/5 dari 4 pembaca)
Pingsan Akibat Antibiotik? Mungkinkah? (5,00/5 dari 4 pembaca)
Menguak Misteri Menopause pada Pria (5,00/5 dari 4 pembaca)
Tips Praktis Mengenali Batu Ginjal (5,00/5 dari 3 pembaca)
Perbedaan Batik Tulis dan Batik Cap (5,00/5 dari 2 pembaca)
Memangnya Sains Itu Serius? (5,00/5 dari 2 pembaca)
Pilih Bulan Oktober 2009 (33) September 2009 (28) Agustus 2009 (26) Juli 2009 (28) Juni 2009 (30) Mei 2009 (30) April 2009 (32) Maret 2009 (28) Februari 2009 (24) Januari 2009 (27) Desember 2008 (20) November 2008 (26) Oktober 2008 (26) September 2008 (27) Agustus 2008 (48) Juli 2008 (23) April 2008 (18) Maret 2008 (19) Februari 2008 (22) Januari 2008 (24) Desember 2007 (30) November 2007 (28) Oktober 2007 (28) September 2007 (26) Agustus 2007 (38) Juli 2007 (51) Juni 2007 (24) Mei 2007 (4) April 2007 (2)
Peter: ada pemikiran yang lebih simpel tentang masalah bau badan... sebenarnya kalau kita mengerti apa peny[...]
L lawliet: q sangat menyukai caranya nenganalisis dalam suatu kasus yang sangat membingungkan!!!!!!!!![...]
Andrianto Handojo: Terima kasih Mrgreen. Tulisan yang menyangkut ZPE akan dibuat pada waktunya.[...]
alie: jangan memadamkan api dengan api akan tetapi padamkanlah dengan air. tidak selamanya kebencian itu d[...]
Satriya Paningit: SAYA JAMIN TIDAK AKAN TERJADI KIAMAT DI TAHUN 2012-2013".merujuk david morison".Semua itu berproses [...]
jQuery(document).ready(function($) {
var slideTabs = $('#sidebartab li a');
var slideTab = $('.tabcontent');
slideTab.eq(0).show();
slideTabs.each(function(index) {
$(this).mouseover(function() {
slideTabs.filter('.selected').removeClass('selected');
$(this).addClass('selected');
slideTab.filter(':visible').hide(0);
slideTab.eq(index).fadeIn('fast');
});
});
slideTabs.click(function() { return false; });
});

-->

citizen journalism

Citizen journalism (also known as "public", "participatory", "democratic"[1] or "street journalism"[2]) is the concept of members of the public "playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing and disseminating news and information," according to the seminal 2003 report We Media: How Audiences are Shaping the Future of News and Information.[3] Authors Bowman and Willis say: "The intent of this participation is to provide independent, reliable, accurate, wide-ranging and relevant information that a democracy requires."
Citizen journalism should not be confused with community journalism or civic journalism, which are practiced by professional journalists, or collaborative journalism, which is practiced by professional and non-professional journalists working together. Citizen journalism is a specific form of citizen media as well as user generated content.

internet sehat bagi rakyat

internet sehat Internet Sehat mulai diakui internasional. Beberapa negara Asia akan menyontoh modelnya yang dianggap inspiratif. Bagaimana sejarahnya 7 tahun silam? Mengapa kini pakai embel-embel “rakyat”?
Pengakuan dan pujian diberikan oleh sejumlah peneliti dan aktifis bidang ICT (Information and Communication Technology) sesaat ketika saya usai memaparkan presentasi tentang penelitian perkembangan pemanfaatan media baru (Internet) dan kaitannya dengan kebebasan berekspresi di Indonesia. Salah satu poin yang saya paparkan adalah gerakan advokasi Internet Sehat versi rakyat (http://www.internetsehat.org) yang pro pada kebebasan berekspresi di Internet secara aman dan bijak, dengan pendekatan self-censorship dan pemberdayaan masyarakat.
Pengakuan dari internasional tersebut terjadi belum lama berselang, ketika saya mengikuti workshop khusus bagi para peneliti dan aktifis ICT se-Asia dalam lingkup OpenNet Initiative (baca: http://en.wikipedia.org/wiki/OpenNet_Initiative) di Wawasan Open University, Penang, Malaysia, pada Senin (15/5/2009) hingga Rabu (17/6/2009). Ini adalah workshop putaran yang ketiga, setelah pada pertengahan tahun lalu putaran keduanya juga saya ikuti di Chiang Mai, Thailand.
Khusus pada putaran ketiga ini, Indonesian ICT for Partnership (ICT Watch) bersinergi dengan dunia akademis dengan mengundang Akbar Marwan dari Universitas Gunadarma (baca: http://www.gunadarma.ac.id) yang turut aktif berperan menyuarakan kepentingan dan keberhasilan Indonesia dalam workshop tersebut.
Menurut para wakil dari negara sahabat tersebut, program Internet Sehat versi rakyat tersebut adalah contoh yang unik dan inspiratif tentang bagaimana program advokasi kepada publik dilakukan dengan menggunakan sejumlah media baru (facebook, blog, crowdvine) digabungkan dengan kegiatan-kegiatan offline seperti workshop dan seminar, dan juga dilengkapi dengan ketersediaan booklet panduan dalam bentuk hardcopy maupun softcopy, merchandise hingga lomba blog sehat untuk meningkatkan awareness publik.
Blessing in disguise, Indonesia mendapatkan jadwal sesi paling akhir bersama Filipina, pada hari terakhir, setelah dua hari sebelumnya sejumlah peneliti dari negara lain di Asia memaparkan presentasinya. “Your presentation is the most interesting one so far,” demikian pujian yang disampaikan oleh India.
Usai presentasi, sejumlah peneliti langsung meminta dikirimkan via e-mail materi presentasi Indonesia tersebut. “Saya akan coba kembangkan cara-caranya menjalankan advokasi (ala Internet Sehat) di negara saya,” cetus salah satu wakil dari negara lain.
Workshop OpenNet Initiative itu sendiri dihadiri oleh peneliti dan aktivis ICT dari Universitas Toronto Kanada, Sekolah Hukum Harvard Amerika, Universitas Oxford Inggris dan Universitas Cambridge Inggris. Keempat perguruan tinggi kenamaan tersebut adalah penggagas kegiatan OpenNet Initiative yang didanai oleh negara Kanada melalui lembaga International Development Research Centre (http://www.idrc.ca).